Langkah-langkah militer Rusia kembali mengundang perhatian di wilayah timur laut Suriah, tepatnya di kota Qamishli, kawasan yang selama ini dikuasai oleh pasukan Kurdi Suriah (SDF) dan berada dalam bayang-bayang tarik-menarik antara Washington dan Moskow. Dalam beberapa pekan terakhir, dua pesawat angkut berat Ilyushin mendarat secara beruntun di bandara Qamishli, mengangkut personel dan perlengkapan militer, sementara helikopter Rusia terbang rendah di atas kota, memperlihatkan kesiagaan tinggi dan operasi militer yang tidak biasa.
Kedatangan pesawat Antonov An-26 yang dikenal sebagai kendaraan khusus pejabat tinggi Rusia semakin mempertegas bahwa operasi ini bukan sekadar logistik militer biasa, meski otoritas penerbangan Damaskus telah mengumumkan penutupan bandara tersebut. Ini menandai meningkatnya minat politik dan militer Moskow terhadap kawasan timur Eufrat, terutama di tengah rumor kuat bahwa Amerika Serikat tengah mempertimbangkan penarikan pasukannya dari wilayah tersebut. Situasi ini membuka celah strategis yang langsung dibaca oleh Rusia sebagai peluang untuk memperkuat pengaruh dan memantapkan kehadirannya di jantung kawasan Kurdi.
Bandara Qamishli sendiri selama ini merupakan satu dari sedikit titik di wilayah timur laut yang masih memiliki infrastruktur udara yang layak dan dapat dikembangkan menjadi pangkalan militer permanen. Sejak perang Suriah meletus, wilayah ini telah menjadi zona abu-abu yang diwarnai kehadiran milisi, operasi udara asing, dan konflik kepentingan internasional. Namun dengan penurunan aktivitas pasukan AS, kalkulasi geopolitik di kawasan ini berubah secara drastis.
Kemungkinan ekspansi pangkalan udara Rusia di Qamishli membawa konsekuensi strategis yang besar. Bagi Moskow, ini bukan hanya tentang menguasai satu titik tambahan di Suriah, tetapi juga menciptakan pengaruh langsung atas kawasan Kurdi yang selama ini menjalin kerja sama erat dengan Amerika. Dengan kehadiran militer aktif di sana, Rusia dapat memainkan peran pengganggu (spoiler) dalam perundingan antara SDF dan pemerintahan transisi yang sedang dirintis oleh PBB dan negara-negara Arab.
Kehadiran Rusia di Qamishli juga memperlihatkan konsistensi strateginya di Suriah, yaitu menjaga pijakan kuat di wilayah pesisir dan perlahan memperluas ke daratan timur yang kaya sumber daya dan relatif lebih stabil. Operasi ini mencerminkan pola serupa yang digunakan Moskow di Latakia dan Tartus, dua wilayah yang kini menjadi pusat kekuatan maritim dan logistik Rusia di Mediterania Timur.
Beberapa analis menyebut ambisi Rusia di timur Eufrat sebagai "modest", namun dalam realitas lapangan, kemampuan Moskow untuk mengganggu dan mengintervensi proses politik tidak bisa dianggap enteng. Qamishli kini berada di bawah pengawasan militer gabungan Rusia dan SDF, yang memicu spekulasi bahwa Moskow tengah merintis formula baru kerja sama dengan Kurdi sebagai bentuk cadangan politik jika pemerintahan transisi di Damaskus gagal menjangkau semua pihak.
Dalam konteks lebih luas, langkah ini juga harus dibaca sebagai respons Rusia terhadap meningkatnya aktivitas Turki di utara Suriah. Dengan membangun kehadiran permanen di Qamishli, Rusia bisa menyeimbangkan tekanan Ankara terhadap SDF dan menunjukkan bahwa mereka masih merupakan penjamin keamanan yang relevan di wilayah konflik, baik bagi Damaskus, Kurdi, maupun pihak ketiga seperti Iran dan bahkan Israel.
Penarikan potensial pasukan AS dari Suriah timur menjadi variabel penting dalam semua perhitungan ini. Selama ini, SDF bertahan bukan hanya karena kekuatan militernya, tetapi karena dukungan udara dan intelijen dari pasukan Amerika. Tanpa kehadiran Washington, SDF sangat rentan terhadap tekanan simultan dari Damaskus, Turki, dan sekarang Moskow. Rusia paham betul akan kekosongan kekuatan ini dan bergerak cepat untuk mengisinya.
Ekspansi Rusia di Qamishli juga bisa memengaruhi jalur negosiasi antara SDF dan pemerintah pusat Suriah. Selama ini, Moskow bertindak sebagai mediator, tetapi dengan kehadiran militernya yang kian nyata, posisi Rusia bisa berubah menjadi pihak yang turut menentukan hasil akhir. Ini menciptakan dilema baru bagi Kurdi yang harus menyeimbangkan hubungan antara Damaskus dan kekuatan asing yang tersisa.
Di sisi lain, keberadaan Rusia bisa memberi jaminan tertentu bagi Damaskus untuk mulai membangun kembali kendali di wilayah timur tanpa konfrontasi langsung dengan SDF. Dengan Moskow sebagai penghubung, kedua pihak bisa menata ulang hubungan dengan lebih pragmatis, sambil tetap menjaga citra politik masing-masing di dalam negeri dan forum internasional.
Keterlibatan Rusia di Qamishli juga menyulitkan upaya negara-negara Teluk dan Barat untuk mempromosikan transisi kekuasaan yang inklusif di Suriah. Moskow tidak hanya hadir sebagai pemain militer, tetapi juga membawa pendekatan diplomatik yang cenderung mempertahankan struktur lama kekuasaan Bashar al-Assad, sekalipun dalam format konstitusi yang baru. Maka, kehadiran Rusia bisa memperkuat kecenderungan status quo yang selama ini sulit diubah.
Selain itu, pangkalan udara Qamishli yang dikembangkan oleh Rusia juga memiliki implikasi keamanan regional, terutama bagi Irak bagian utara dan bahkan pangkalan-pangkalan Amerika di kawasan. Dalam jangkauan tertentu, Rusia bisa memantau lalu lintas udara dan manuver militer yang berlangsung di sepanjang perbatasan Suriah-Irak yang kaya sumber daya dan sensitif secara strategis.
Walau secara resmi Rusia menyebut misinya di timur laut Suriah sebagai dukungan terhadap stabilitas dan rekonsiliasi nasional, kenyataannya kehadiran militer yang semakin besar justru menambah lapisan baru dalam kompleksitas konflik Suriah. Ini bukan sekadar penguatan militer, tetapi juga bagian dari desain geopolitik yang lebih luas untuk menempatkan Rusia sebagai penentu arah pasca-perang di kawasan yang belum selesai ini.
Dalam waktu dekat, reaksi dari SDF, Damaskus, dan Washington terhadap kehadiran militer Rusia di Qamishli akan menentukan apakah langkah ini akan menciptakan stabilitas baru atau justru memicu ketegangan regional yang lebih tajam. Yang jelas, Qamishli kini bukan lagi sekadar kota kecil di perbatasan, melainkan panggung baru dari perebutan pengaruh yang tak kunjung usai di tanah Suriah.
loading...
0 comments:
Post a Comment