Monday, September 15, 2025

Ketika Masjid di Punjab India Bersinar Kembali

2:23:00 AM

Punjab kini menjadi sorotan nasional karena menampilkan harmoni antaragama yang jarang terlihat di negara lain. Sementara di banyak wilayah India terjadi konflik komunal, di Punjab, komunitas Sikh dan Hindu secara aktif membantu membangun dan merestorasi masjid yang terlantar. Tindakan ini menunjukkan bahwa kerja sama lintas agama dapat berjalan di tengah sejarah panjang ketegangan pasca-Partition.

Sejak era Partition pada 1947, banyak masjid di Punjab ditinggalkan karena migrasi besar-besaran komunitas Muslim ke Pakistan. Selama bertahun-tahun, bangunan-bangunan ini menjadi rusak dan terbengkalai. Namun sejak awal 1980-an, ketika kekerasan militansi mereda, ratusan masjid telah berhasil dipugar dengan dukungan warga non-Muslim di Punjab.

Di desa Khanan Khurd, distrik Muktsar, sebuah masjid baru dibangun berkat kontribusi warga Sikh dan Hindu untuk komunitas Muslim lokal. Setiap keluarga di desa ikut ambil bagian dalam pengumpulan dana. Pada upacara peresmian, semua warga hadir menyaksikan shalat yang digelar di masjid baru tersebut, menunjukkan persatuan masyarakat setempat.

Masjid tersebut dibangun di atas lahan yang dialokasikan oleh Punjab Waqf Board. Namun, lima keluarga Muslim di desa itu tidak mampu membiayai konstruksi sendiri. Dukungan warga non-Muslim menjadi kunci agar masjid dapat berdiri kembali. Mahendra Singh, warga desa, menyatakan bahwa pengalaman shalat pertama di masjid itu menjadi momen kebahagiaan bagi seluruh masyarakat.

Shahi Imam Mohammad Usman Rahmani dari Punjab pun mengunjungi desa tersebut untuk menyampaikan apresiasi kepada warga non-Muslim yang membantu tetangga Muslim mereka. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan toleransi yang kuat antara komunitas berbeda di Punjab.

Di desa Bakhtgarh, distrik Barnala, keluarga Sikh mendonasikan sebidang tanah agar 15 rumah Muslim dapat membangun masjid. Bantuan ini menjadi simbol nyata kerjasama lintas agama yang mampu memperkuat hubungan sosial di desa tersebut.

Begitu pula di desa Machike, distrik Moga, sebuah masjid lama yang sempat dibongkar untuk jalan raya kini dipulihkan dengan bantuan warga Hindu dan Sikh. Restorasi ini menegaskan komitmen masyarakat setempat terhadap pelestarian warisan keagamaan.

Di Kutba Bahmania, Barnala, masjid yang ditinggalkan sejak Partition 1947 berhasil direstorasi oleh komunitas Sikh dan diserahkan kembali kepada umat Muslim. Bangunan ini berada di dekat gurudwara, menunjukkan koeksistensi yang harmonis antara rumah ibadah berbeda.

Para warga desa yang memindahkan masjid ini bekerja sama dengan pengurus gurudwara untuk memastikan restorasi berjalan lancar. Charanjit Singh, seorang warga, menyatakan kegembiraannya melihat seluruh masyarakat bersatu demi kebaikan bersama.

Menurut Swaran Singh, seorang warga lanjut usia, masjid tersebut tidak pernah diserang komunitas lain sejak Partition. Upaya restorasi ini, menurutnya, memperkuat harmoni antaragama di desa tersebut.

Sarpanch desa Buta Singh menegaskan bahwa warga Hindu dan Sikh serta Muslim hidup berdampingan secara damai. Mereka sepakat memperbaiki masjid yang sudah tua dan rapuh dengan mengumpulkan dana bersama, lalu menyerahkan kendali masjid kepada komunitas Muslim setempat.

Di Bhoolar, distrik Moga, sebuah masjid baru dibangun meski desa ini memiliki tujuh gurudwara dan dua kuil. Empat keluarga Muslim yang memilih tetap tinggal di desa membutuhkan tempat ibadah, sehingga warga lain bersatu membantu pembangunan masjid baru.

Di Bakhtgarh, pembangunan masjid Noorani Masjid dilakukan dengan donasi tanah dan dana dari warga Hindu dan Sikh. Muslim di desa sebelumnya harus menempuh jarak lima kilometer untuk beribadah, sehingga masjid baru ini menjadi solusi nyata.

Proyek serupa juga dilakukan di Moom, dekat Ludhiana, di mana komunitas Brahmin mendonasikan tanah dan komunitas Sikh menyediakan dana pembangunan masjid. Sikhs merupakan mayoritas di desa yang berusia 300 tahun ini, sementara jumlah Muslim dan Hindu masing-masing sekitar 400 orang.

Tidak hanya pembangunan masjid baru, komunitas Hindu dan Sikh juga turut merawat masjid-masjid lama yang ditinggalkan sejak Partition. Di desa Hedon Bet, misalnya, seorang Sikh bernama Prem Singh merawat masjid berusia lebih dari seratus tahun.

Tayyeb Hasan Falahi, mantan pejabat Punjab Waqf Board, menegaskan bahwa ratusan masjid telah direstorasi dengan dukungan komunitas non-Muslim di pedesaan Punjab selama dua dekade terakhir. Restorasi ini menjadi contoh nyata harmoni antaragama di wilayah tersebut.

Sebelum 1990, Waqf Board memberi lisensi kepada individu untuk mengelola masjid, namun fatwa baru membatasi lisensi tersebut. Akibatnya, banyak masjid ditinggalkan dan menjadi terbengkalai, bahkan dijadikan kandang atau gudang.

Waqf Board Punjab mencatat lebih dari seribu masjid dan 61 dargah di seluruh negara bagian. Namun, banyak masjid saat ini tidak berada di bawah pengawasan Board, melainkan dirawat oleh keluarga Muslim lokal jika ada.

Proyek restorasi ini menciptakan suasana akrab di seluruh Punjab. Masjid-masjid lama direstorasi dan yang baru dibangun, menegaskan bahwa agama bukanlah penghalang bagi kerja sama dan persaudaraan antarwarga.

Menurut Abdul Shakoor, mantan Ameer Jamaat-e-Islami Hind Punjab, umat Muslim di wilayah ini kini berani melampaui rasa takut pasca-Partition. Lebih dari 165 masjid telah direstorasi, memperlihatkan keterbukaan komunitas dan keharmonisan sosial.

Punjab menjadi contoh bagi seluruh India, menunjukkan bahwa pembangunan dan restorasi masjid dapat berjalan harmonis meski ada tantangan ideologi. Langkah ini menegaskan bahwa pluralisme, toleransi, dan kerja sama lintas agama tetap mungkin diwujudkan di era modern.

loading...

0 comments: